NABIRE – Rintik hujan yang turun di Lapangan Bandara Lama Nabire, Rabu (3/9/2025), tak menyurutkan antusiasme ribuan penonton yang hadir di pembukaan Festival Budaya Pelajar Papua Tengah 2025. Sorak sorai makin pecah ketika 16 penari muda asal Kabupaten Mimika naik ke panggung.
Mereka tampil dengan busana adat yang memadukan dua identitas besar Papua: pegunungan dan pesisir. Dari awal, gerakan tari mereka menceritakan kehidupan sehari-hari ada yang bercocok tanam, berburu, hingga melaut. Namun suasana berubah tegang saat konflik digambarkan. Penari saling berhadapan, senjata simbolis diangkat, tubuh-tubuh berguguran.
Tiba-tiba, seorang penari masuk membawa bendera Merah Putih. Ia memisahkan senjata dan mengajak semua bangkit kembali. Pertunjukan pun ditutup dengan lingkaran damai, diiringi kibaran merah putih yang membuat penonton merinding.
“Pesannya sederhana, kita sama-sama orang Papua. Kenapa harus bertikai kalau bisa hidup damai?” kata pelatih tim Mimika, Salju Sandalinggi, usai pertunjukan.
Salju menjelaskan, tarian perdamaian ini diangkat dari cerita rakyat Papua, lalu dikemas dalam bentuk sendratari. Meski baru pertama kali ikut kategori sendratari, tim Mimika sudah berpengalaman di banyak festival, dari tingkat nasional hingga internasional. Bahkan mereka pernah membawa juara pertama di Mandalika Festival Internasional yang diikuti 16 negara.
Menurutnya, kekuatan tarian ini ada pada kombinasi gerakan khas Papua, mulai dari Asmat hingga Yosim, yang digabung menjadi satu alur cerita tentang persatuan. “Kami ingin anak muda Papua yang menonton bisa menangkap makna pentingnya menjaga kedamaian. Papua Tengah harus tetap aman, bersatu, dan maju,” ujarnya.